Tubuh Perempuan Tambang Emas bagi Media Massa
Abstrak
Keterlibatan perempuan dalam perkembangan industri media tanah air saat ini belum menunjukkan persentase memuaskan. Terlalu bodohkan perempuan? Pertanyaan inilah seharusnya menjadi cambuk bagi kaum perempuan untuk lebih proaktif dalam kancah dunia media di negeri ini. Akibatnya pemberitaan media terhadap perempuan menjadi tidak objektif. Perkembangan media baik itu media cetak atau elektronik, perempuan lebih banyak menjadi bahan berita bagi sebuah media. Terlihat jelas selama ini perempuan hanya dijadikan media iklan komersial untuk pencapaian keuntungan. Tidak hanya sampai disitu, dalam tayangan sinetron pada media TV sering sekali menampilkan peran seorang istri yang selingkuh, ibu yang jahat, seolah mempertegas perempuan memang bertipikal buruk. Padahal jikalau kita mau mencermati, perempuanlah yang menjadi objek penderita. Perempuan hanya dijadikan sebagai tambang emas dan mesin pencetak uang bagi suatu golongan atau institusi dari eksploitasi dirinya.Referensi
Alimi, Moh.Yasir. (2002). Dekonstruksi Seksualitas Poskolonial, dari wacana Bangsa hingga Wacana Agama. Yogyakarta : LKiS.
Bungin, Burhan. (2001). Erotika Media Massa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Hoed, Benny H. (2001). Dari Logika Tuyul ke Erotisme. Jakarta : Tera.
Mulyana, Deddy. (2007). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Piliang, Yasraf Amir. (2004). Posrealitas Realitas Kebudayaan dalam Era Postmetafisika. Yogyakarta : Jalansutra.
Signorielli, Nancy & Morgan, Michael. (1990). Cultivation Analysis. California : Sage Publication.
Storey, John. (2004). Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. YogyakartaQalam.
—————- . (2007). Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Jalasutra; Yogyakarta.
Kompendium Tentang Hak-Hak Perempuan. (2008). Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
dikutip dari hasil seminar “Perempuan dan Jurnalistik” oleh Ketua KPID Jabar, Neneng Athiya, pada 21 April 2012 di UIN Bandung)