KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PADA RITUAL KAPONTASU DALAM SISTEM PERLADANGAN MASYARAKAT ETNIK MUNA

Isi Artikel Utama

Hardin M.Si

Abstrak

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan ritual kapontasu dalam kaitannya dengan komunikasi transendental dan menganalisis simbol-simbol yang terdapat di dalamnya berupa bhatata (mantra), sesaji, bahan-bahan ritual, serta waktu dan tempat  pelaksanaan ritual kapontasu untuk menemukan makna yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan  Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan ritual kapontasu  terdiri dari 3 tahap yaitu (1) tahap pra-pelaksanaan ritual  kapontasu meliputi: (a) pemeriksaan keadaan tanah, (b) detughori (menebang pohon); (c)  petani membabat rumput; (d) pembakaran rumput yang sudah dibabat; (e) petani membersihkan lahan; (f) petani memagar kebun; (2) tahap pelaksanaan, meliputi: (a) penentuan waktu pelaksanaan ritual kapontasu; (b) penentuan tempat pelaksanaan ritual kapontasu; (c) perlengkapan dan bahan sesaji ritual kapontasu; (d) pelaksanaan ritual  kapontasu; (3) kegiatan terakhir adalah menanam. Ritual kapontasu merupakan praktik komunikasi transendetal yang dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi dengan makhluk halus agar padi ladang yang ditanam petani berhasil dipanen dan tidak mengalami gangguan yang datangnya dari bangsa jin. Tujuannya adalah  a) untuk memberi makan makhluk halus (jin) agar tidak mengganggu tanaman padi ladang petani; b) untuk mengusir segala bentuk penyakit pengganggu padi pada saat berbuah; c) untuk menghindarkan petani dari penyakit akibat gangguan makhluk halus.

Kata kunci: komunikasi transendental, makna, ritual kapontasu, masyarakat etnik Muna

 ABSTRACT

               This study aimed to describe the process ritual of kapontasu in relation to communication transcendental and analyze the symbols contained in it be bhatata (mantra), offerings, materials ritual, as well as the time and place ritual of kapontasu to find meaning contained in it. This study used descriptive qualitative method. This study will be conducted in the District kusambi, Muna West, Southeast Sulawesi Province.

               The results showed that the implementation ritual of kapontasu consists of three stages: (1) pre-implementation ritual of kapontasu including: (a) examination of the state of the ground, (b) detughori (cut trees); (c) farmers chop the grass; (d) the burning of grass that have been cleared; (e) farmers clearing land; (f) the farmer fence garden; (2) the stage of implementation, including: (a) the timing of the implementation ritual of kapontasu; (b) the determination of the place ritual of kapontasu; (c) equipment and materials ritual of kapontasu offerings; (d) the implementation ritual of kapontasu; (3) The last activity was farming. Ritual of kapontasu transendetal communication is a practice that can serve as a means of communication with the spirits so that the rice fields are planted by farmers successfully harvested and is not susceptible to interference coming from the jinn. The aim is a) to feeding the spirits (jinn) so as not to disturb the rice crop farmers' fields; b) to expel any form of disease at the time of fruiting rice bullies; c) to prevent farmers from diseases caused by disorders delicate creatures.

 

Keywords: communication transcendental, meaning, ritual kapontasu, ethnic communities Muna

 

Rincian Artikel

Bagian
Artikel

Referensi

Abdulah, Irwan. dkk. 2008. Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Teori dan Praktik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan Tanda dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakrta: Jalasutra.

Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomena agama.Yogyakarta: Kanisius

Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.

Geertz, Clifford, 1992. Kebudayaan Dan Agama. Cetakan ke-9. Yogyakarta: Kanisius.

Hasanuddin, 2009. Wacana Identitas Etnik Minangkabau di Bali. Disertasi Doktoral. Denpasar : Prodi Pascasarjana Universitas Udayana.

Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana, Teori dan Metode (Imam Suyitno, Lilik Suyitno, dan Suwarna, Pentj.). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Kleden, Paulus Budi,1996. 2007. Dialog Antaragama Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead, Maumure: Penerbit Ledalero

Kotak, Cofard P. 1999. Mirror For Humnity, A Concise Interduction to Cultural Antropology, International Editions, Boston Burr Ridge, II Dubuque (etc), MC Graw-Hill Collage

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Maleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Posdakarya

Mutoyib. 1994. Globalisasi Kebudayaan dan Ketahanan Ideologi dalam forum Diskusi Filsafat UGM. Yogyakarta: Adetya Media

Pujiastuti, Titik dan Tommy Christomy. 2011. Teks, Naskah, dan Kelisanan Nusantara: Festschrift untuk Prof. Achadiati Ikram. Depok: Yayasan Pernaskahan Nusantara

Purwasita, Andrik. 2003.Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural studies representasi Fiksi dan Fakta Cetakan Kesatu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saputra, Heru S.P. 2007. Memuja Mantra. Yogyakarta: LKiS

Storey, John, 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop Pengantar Kompherensif Teori dan Metode. Penerjemah Layli Rahmawati. Yogyakara: Jalasutra.