PENGGUNAAN TANDA PAGAR TWITTER SEBAGAI ORKESTRASI OPINI

Penulis

  • Karman Karman Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Jl. Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta Pusat

Abstrak

Artikel ini membahas penggunaan tanda pagar dalam Twitter dalam politik di Indonesia (pemilihan presiden tahun 2019).  idealnya, pengguna Twitter menggunakan tanda pagar untuk membicarakan topik yang sesuai dengan nama tanda pagar. Namun, Mereka menggunakan tanda pagar, dalam konteks pemilihan presiden 2019, untuk pesan-pesan yang tidak berkaitan dengan nama tanda pagar itu sendiri. Tulisan ini menunjukkan bahwa penggunaan tanda pagar tidak dimanfaatkan untuk mendiskusikan pesan dalam topik tertentu. Pengguna Twitter memanfaatkan tanda pagar untuk menjadikan tanda pagar dalam posisi topik trending. Pengguna Twitter dari masing-masing pendukung kandidat presiden mengompetisikan tanda pagar Nama tanda pagar tidak memiliki relevansi dengan isi substansi isi pesan. Masing-masing kelompok yang memberikan dukungan kepada salah satu calon presiden memiliki aktor pemuka pendapat, baik akun asli atau akun anonim. Tanda pagar dalam konteks politik digunakan untuk orkestrasi opini publik. Pemuka pendapat dalam tanda pagar tertentu seperti halnya dirigen dalam paduan suara yang memandu buzzers. Mereka yang terlibat dalam tanda pagar sering kali menunjukkan aktivitas yang tidak otentik. Dalam penutup, artikel ini memberikan implikasi metodologi jika tanda pagar digunakan untuk unit analis dalam penelitian. Persoalan metodologi tanda pagar adalah  populasi yang tidak jelas, parameter interaksi yang problematik.

Kata Kunci: Tanda Pagar, Twitter, Orkestrasi Pendapat.

Referensi

Bruns, A. (2008). Blogs, Wikipedia, Second Life, and Beyond: From Production to Produsage. New York: Peter Lang Publishing, Inc.

Havens, T., & Lotz, A. D. (2012). Understanding Media Industries. New York: Oxford University Press, Inc.

Komisi Pemilihan Umum. (2019). Daftar Pencalonan Pilpres 2019. Retrieved August 29, 2020, from https://infopemilu.kpu.go.id/pilpres2019

Lim, M. (2017). Freedom to hate: social media, algorithmic enclaves, and the rise of tribal nationalism in Indonesia. Critical Asian Studies. https://doi.org/10.1080/14672715.2017.1341188

Meyer, T. (2002). Demokrasi Sebuah Pengantar Untuk Penerapan. Jakarta: D’print Communication.

Napoli, P. M. (2011). Audience Evolution: New Technologies and the Transformation of Media Audiences. New York: Columbia University Press.

Syahputra, I. (2019). HOAKS DAN SPIRAL KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL: Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Komunikasi Disampaikan di Hadapan Rapat Senat Terbuka Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 10 Desember 2019. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2019.

Diterbitkan

2021-02-02