Pemodelan Kedudukan Government Chief Information Officer Indonesia
Isi Artikel Utama
Abstrak
Survei Peringkat e-Government Indonesia (PeGI) menunjukan Indonesia perlu membenahi kelembagaannya, menempatkan GCIO pada kedudukan yang tepat dan kuat menjalankan perannya mengembangkan e-Government, tetapi Indonesia belum mempunyai rancangan kedudukan GCIO baku dalam struktur pemerintahan, akibatnya tiap institusi pemerintah menyusun rancangan sendiri berdasar kondisi eksisting dan kebutuhan masing-masing. Kondisi ini menyebabkan peran strategis koordinasi lintas sektoral GCIO sulit terwujud. Langkah penyelesaiannya adalah menyusun standardisasi kedudukan GCIO dalam Pemerintahan Indonesia sehinga membentuk suatu keragaman optimal mendukung peran strategis dan operasional GCIO Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan Focus Group Discussion untuk memodelkan kelembagaan dan kedudukan GCIO dalam struktur pemerintahan Indonesia. Hasilnya adalah usulan model kedudukan GCIO pada struktur Pemerintahan Indonesia, pada jenjang nasional diusulkan CIO adalah Kementerian Koordinator dengan Kominfo dan Kemenpan Reformasi Birokrasi sebagai lini koordinasinya, sedangkan untuk Pemerintah Pusat diusulkan CIO bekedudukan sebagai wakil menteri pada setiap kementerian, dan pada Pemerintah Daerah CIO diusulkan melekat pada Sekretaris Daerah.
Kata kunci: Kedudukan GCIO Indonensia, e-Government, peran GCIO Indonesia.
Rincian Artikel
Jurnal IPTEK-KOM menggunakan kebijakan akses terbuka. Syarat yang harus dipenuhi oleh Penulis sebagai berikut:
- Penulis menyimpan hak cipta dan memberikan jurnal hak penerbitan pertama naskah secara simultan dengan lisensi di bawah Creative Commons Attribution License yang mengizinkan orang lain untuk berbagi pekerjaan dengan sebuah pernyataan kepenulisan pekerjaan dan penerbitan awal di jurnal ini.
- Penulis bisa memasukkan ke dalam penyusunan kontraktual tambahan terpisah untuk distribusi non ekslusif versi kaya terbitan jurnal (contoh: mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan penerbitan awalnya di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mem-posting karya mereka online (contoh: di repositori institusional atau di website mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena dapat mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya sitiran yang lebih awal dan lebih hebat dari karya yang diterbitkan. (Lihat Efek Akses Terbuka).