PENGALAMAN LESBIAN DALAM RUANG-RUANG KOMUNIKASI

Isi Artikel Utama

Yuli Rustinawati

Abstrak

Ruang-ruang komunikasi seperti mengenali diri, mengenal satu sama lain, berbagi cerita bahkan mendapatkan pasangan dirasa sangat terbatas bagi perempuan lesbian, ada ruang kebisuan.  Ruang-ruang kebisuan coba untuk dibuka, ruang komunikasi disajikan oleh organisasi atau kelompok-kelompok lesbian yang hadir sejak tahun 1990 yang secara bergantian hilang dan tumbuh.  Organisasi / kelompok-kelompok trangender perempuan (transpuan) yang hadir lebih awal yaitu di akhir tahun 1960an dan organisasi/ kelompok-kelompok gay hadir di tahun 1990an yang mendapatkan ruang dan kesempatan untuk berkembang lebih banyak dari pada lesbian dirasa tidak mampu menjadi rumah bagi kelompok lesbian.  Paska reformasi dimana informasi terbuka lebar termasuk internet kemudian membawa angin baru bagi perempuan lesbian untuk menciptakan ruang-ruang aman, ruang mengakhiri kebisuan. Kadang ruang ini pun dilanjutkan dengan perjumpaan tatap muka. Tulisan ini menyajikan pengalaman lesbian atas ruang-ruang komunikasi virtual dengan menggunakan metode penelusuran pengalaman perempuan serta mendeskripsikan ruang-ruang tersebut. Hasil tulisaan ini menunjukan bahwa ruang-ruang komunikasi yang ada pada saat itu tidak dapat bertahan lebih lama, tidak berkelanjutan. Karena itulah sangat dibutuhkan ruang-ruang aman dan berkelanjutan bagi lesbian untuk terus dapat berekspresi, berbagi, dan untuk terus bisa didengar

Rincian Artikel

Bagian
Komunikasi

Referensi

Pramodhawardani, J. (2003). Konstruksi Kaum Lesbian atas Realitas Homoseksual (Analisis Isi Feminis Terhadap Isi Situs Web Swara Srikandi). Jakarta, Indonesia: Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Saskia E. Wieringa & Evelyn Blackwood. (2009). Gambaran Lesbianisme: Tantangan Kebisuan Dalam Studi Seksualitas. In Antologi: Hasrat Perempuan Relasi Seksual Sesama Perempuan dan Praktek Prempuan Transgender di Indonesia. Jakarta: Ardhanary Institute.

Blackwood, E. (2012). Tombois and Femmes Defying Gender Labels in Indonesia. Jakarta, Indonesia: The Lontar Foundation.

Muray, A. J. (2008). Let Them Take Ecstasy; Class and Jakarta Lesbians. Journal of Homosexuality, 165-182.

Bryan, A. (2018). Kuchu activism, queer sex-worker and lavender marriages in Uganda's virtual LGBT safe(r) spaces. Journal of Eastern African Studies.

Wincapaw, C. (2008). The Virtual Space of Lesbian and Bisexual Women's Electronic Mailing List. Journal of Lesbian Studies, 45-59.

Friedman, E. J. (2007). Lesbian in (Cyber) Space: The Politic of the Internet in Latin American 0n- and ff Line Communities. Media Culture & Society, 29(5), 790-811.

https://qiarchive.org/id/tentang-qia/. (n.d.). Retrieved 11 2, 2022

https://qiarchive.org/en/berkas/sepoci-kopi-blogspot-2007/. (n.d.). Retrieved 10 22, 2022

Rich, A. (n.d.). The Meaning of Our Love for Women Is That We Have Constantly to Expand (1977). In A. Rich, On Lies, Secrets, and Silence Selected Prose 1966-1978. New York, London: W.W. Norton & Company.

Poerba, C. (2013). Lesbian Sebagai "Subject in Optima Forma". In Mendengar Suara Lesbian Indonesia Kumpulan Buah Pikir Aktivis Feminis & Pluralis (pp. 113-130). Jakarta: Ardhanary Institute.

Agustine, S. (2013). Bukan Lagi Rahasia Sunyi: Gerakan Lesbian di Indonesia pada Era Reformasi. In Mendengar Suara Lesbian Indonesia. Kumpulan Buah Fikir Aktivis Feminis dan Pluralis (pp. 191-220). Jakarta: Ardhanary Institute.

Reinharz, S. (1992). Feminist Methods in Social Research. New York: Oxford University Press.

http://users.smartgb.com/g/g.php?a=s&i=g18-00485-b3&m=all&p=1. (n.d.). Retrieved 11 8, 2022

Bates, Adam, Trish Hobman and Beth T. Bell. (2020, 1 1). "Let me Do What I Please With it... Don't Decide my Identity For Me": LGBTQ+ Youth Experiences of Socia Media in Narrative Identity Development. Journal of Adolescent Research, 35, 51-83.

Green, MIchael et all. (2015). The Lesbian, gay, bisexual adn trangender community on line discussions of bullying and self-disclosure in You Tuvbe video. Taylor & Francis, 34, 704-712.

Budiman, C. (2021, April 22). Penelitian Feminis Dalam Kajian Budaya: Titik-Temu dan Kontribusi. 102-113.

Reiharz, S. (1992). Feminist Methods in Social Research. New York: Oxford University Press.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method). Alfabeta.

Sauders, Carol, et al. (2011). Virtual Space and Place: Theory and Test. JSTOR, 35.