Respon Masyarakat terhadap Sistem Whitelist: Alternatif untuk Akses Internet yang Lebih Aman

Main Article Content

Emyana Ruth Eritha Sirait

Abstract

Sistem penyaringan konten negatif di internet secara blacklisting/blocking, seperti Trust + atau Nawala, dinilai masih kurang efektif dalam mendukung penggunaan internet sehat dan produktif dalam masyarakat. Dibutuhkan sistem yang lebih akurat, dan sistem whitelist dapat menjadi alternatif pilihan. Dalam penelitian ini telah dilakukan survei dengan teknik sampling non-probability, kepada total 810 responden pengguna internet, yang terdiri dari murid dan kepala sekolah/guru di beberapa sekolah (SMP/SMA) dan pondok pesantren, serta orangtua di beberapa rumah tangga. Hasil survei kemudian dipertajam dalam FGD dengan pihak-pihak terkait dan pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem whitelist mendapat respon yang baik dari responden. Namun, whitelist merupakan komplementer, bukan substitusi dari sistem filter yang ada, sehingga implementasinya haruslah berdasarkan pilihan/ permintaan dari pengguna (demand driven) dan diperuntukan untuk kalangan tertentu, dan bukan menjadi kebijakan nasional. Walaupun bertujuan baik, beberapa tantangan penerapan sistem tersebut masih harus diperhatikan agar dapat bersifat long lasting dan mencapai manfaat yang diinginkan. Pertama, terkait kebutuhan informasi pengguna, diperlukan sistem yang dapat melindungi namun tidak membatasi informasi dan kreatifitas pengguna. Kedua, whitelist diharapkan dapat pula mengatasi penyebaran konten negatif dari akses yang dilakukan melalui handphone, dan yang diakses mayoritas aplikasi, media sosial, dan instant messanging. Selain itu, manajemen konten internet lainnya dapat disosialisasikan secara masif untuk mendukung sistem filtering konten.

Article Details

Section
Articles

References

Australian Cyber Security Centre (ACSC). (2016, April). Implementing Application Whitelisting. http://www.asd.gov.au/publications/protect/application_whitelisting.htm

Beechey, Jim. (2010). Application Whitelisting: Panacea or Propaganda?, SANS Institute.

Bontchev, Vesselin. (2007). The dark side of whitelisting. Retrieved from http://www.virusbtn.com/virusbulletin/archive/2007/08/vb200708-whitelisting

Cohen, Fred. (1990). Automated Integrity Maintenance for Viral Defense. IFIP-TC11 Computers & Security.

Communications Security Establishment (CSE). (2015, March). Application Whitelisting Explained. IT Security Bulletin (ITSB-95) for the Government of Canada. https://www.cse-cst.gc.ca/en/publication/itsb-95

Direktorat Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika. (2016). “Sistem Whitelist Nusantara untuk Menciptakan Internet Positif”, slides presentasi dalam rapat 19 Juli 2016.

Hawkins, D.I., R.J. Best, K.A. Coney. (2001). Consumer Behaviour, 8th edition, New York, USA: Mc.Graw-Hill, p.26.

Kotler, Philip. (1997). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, 9th Ed., Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

Kotler, P., & G. Armstrong. (2007). Principles of Marketing. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Kurbalija, Jovan. (2010). Sebuah Pengantar tentang Tata Kelola Internet, ed. 1 Bahasa Indonesia, Penerbit: APJII dan DiploFoundation.

Lo, Janet. (2010, November). Whitelisting for Cyber Security: What It Means for Consumers. Public Interest Advocacy Centre (PIAC), Canada. ISBN 1-895-060-94-X.

National Cybersecurity and Communications Integration Center (NCCIC). (2015, Desember). Seven Steps to Effectively Defend Industrial Control Systems. https://ics-cert.us-cert.gov/Seven-Steps-Effectively-Defend-Industrial-Control-Systems

Yamin, M. (2016). “Sistem DNS Whitelist Nusantara”, slides presentasi dalam Focus Group Discussion tanggal 16 Agustus 2016.