Needs Assessment of Puppet Story Audio Media Model for Teens (Analisis Kebutuhan Model Media Audio Cerita Wayang Bagi Remaja)

Main Article Content

Mariana Susanti
Sri Wahyuni

Abstract

Puppet was the cultural heritage of Indonesia and a world heritage whose many advantages and some disadvantages. Indonesian youth was considered away from the puppet. Unit of Educational and Culture of Radio Media Development addressed this phenomenon by conducting a needs analysis of puppet stories as audio media character education for the younger generation, in particular adolescent ages 12-18 years. The analysis was conducted to uncover the adolescent perception about the puppet and how their need about the puppet which was broadcasted through the radio. This study used the survey method and involved radio stations in Middle Java and Eastern Java, which had been partnered with BPMRPK and had founded school and student community. The results showed that teens are considered the main attractive of the puppet performances was at the story. Teens considered puppet stories would be interesting if the radio broadcast program was made by adjusting the present context. Most teens need a puppet story radio broadcast in the form of a recording, duration of 30 minutes, and aired every day.
Wayang merupakan warisan budaya Nusantara sekaligus warisan budaya dunia yang memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sekarang ini generasi muda Indonesia dianggap tidak lagi memerhatikan keberadaan wayang. Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan (BPMRPK) menyikapi fenomena ini dengan melakukan analisis kebutuhan tentang cerita wayang sebagai media audio pendidikan karakter bagi generasi muda, khususnya remaja usia 12-18 tahun. Analisis dilakukan untuk mengungkap pandangan remaja tentang kesenian wayang dan bagaimana kebutuhan remaja tentang kesenian wayang yang disiarkan melalui media radio. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan melibatkan stasiun radio mitra di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki sekolah binaan atau komunitas pelajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja menganggap daya tarik utama pertunjukan wayang adalah pada cerita. Remaja menganggap cerita wayang akan menarik bila dijadikan program siaran radio dengan menyesuaikan konteks masa kini. Sebagian remaja membutuhkan siaran radio cerita wayang dalam bentuk rekaman yang berdurasi 30 menit dan disiarkan setiap hari. 

Article Details

Section
Communication

References

Arif S., Sadiman. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Diani, W.R. (2014). Wayang Garing: Tradisi Lisan yang Hampir Punah dari Banten. Makalah Nonseminar, Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-9/20392730-MK-Winasti%20Rahma%20 Diani.pdf pada tanggal 29 Juli 2016.

Grehenson, G. (2013). Wayang Ditinggal Generasi Muda. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/7928-wayang.ditinggal.generasi.muda pada tanggal 20 Juli 2016.

Hawkeye. (2016). Kenalkan Wayang pada Generasi Muda. Diakses dari http://pinkkorset.com/2016/03/kenalkan-wayang-pada-generasi-muda/ pada tanggal 20 Juli 2016.

Hurlock, Elizabeth B. (1991). Developmental Psychologi A. Life-Span Approach, diterjemahkan: Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jahja, Y. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Karmel, T.S. dan Jain, M. (1987). Comparison of Purposive and Random Sampling Schemes for Esttimating Capital Expenditure. Journal of the American Statistical Association, Vol. 82, No. 397 (Mar, 1987), Hal. 52-57.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik. (2011). Wayang sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

Kia, K.K. (2014). Wayang Kulit in Digital Media. Makalah disajikan dalam Puppetry for all Times: Papers Presented at the Bali Puppetry Seminar 2013. Ghulam-Sarwar Yousuf (Editor). Bali, Indonesia: Partridge Publishing.

Lee, W.W., dan Owens, D.L. (2004). Multimedia Based Instructional Design (2nd Ed). San Francisco: Pfeiffer.

Oliva, Feter, F. (1992). Developing the Curriculum. New York: HarperCollins Publishers Inc.

Pujiyanti. (2013). Pesan-Pesan Moral pada Pertunjukan Wayang Kulit (Studi Kasus pada Lakon “Wahyu Makutharama” dengan Dalang Ki Djoko Bawono di Desa Harjo Winangun, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan dalam Acara Bersih Desa). Skripsi, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/23178 /28/ NASKAH_PUBLIKASI.pdf pada tanggal 29 Juli 2016.

Purwadi. (2006). Jurnal Kebudayaan Jawa: Pendidikan Budi Pekerti dalam Seni Pewayangan. Yogyakarta: Narassi.

Raditya, Michael, H.B. (2014). Wayang Hip-Hop Hibriditas sebagai Media Konstruksi Masyarakat Urban. Jurnal Jantra, Vol. 9 No. 2, Desember 2014, Hal. 107-119.

Saksono, I. G. (2016). Hukum Karma dalam Pewayangan. Yogyakarta: Ampera Utama.

Santrock, J. W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sudardi, B. (2012). Peran dan Makna Semar dalam Tradisi Nusantara. Surakarta: UNS Press.

Suharyono, B. (2005). Wayang Beber Wonosari. Wonogiri: Bina Citra Pustaka.

Sukiman. (2011) .Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Suparman, A. M. (2001). Desain Instruksional. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Sutardjo, I. (2008). Kajian Budaya Jawa. Surakarta: FSSR UNS.

Syahid, R.M. (1990). Bau Warna Kawruh Wayang: Sejauh Wayang Beber. Surakarta: Reksa Pustaka.

Warsita, B. (2011). Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP), Analisis Kebutuhan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Pustekkom Kemdikbud.

Warta, N. (1994). Sejarah Perkembangan Kesenian Wayang: Ditinjau dari Sejarah Perkembangan serta Peranannya dalam Menunjang Pendidikan Kepribadian Bangsa. Diakses dari http://pepadi.kebumenkab.go.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=10:sejarah-perkembangan-kesenian-wayang&catid=3:artikel&Itemid=9 dan http://www3.petra.ac.id/ eastjava/culture/wayang.htm pada tanggal 20 Juli 2016.

Wijaya, Cece dan Rusyan, T. (1994). Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.